BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah
mempersiapkan warga yang memiliki
komitmen kuat dan untuk mempertahankan NKRI, memberikan kemampuan sebagai warga
Negara berlandaskan PKn, dan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
bermartabat serta peradaban bangsa.
Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa menjadi
mata pelajaran yang membosankan dan belum tepat sasaran. Dalam artian hasil
pembelajaran PKn belum tercapai dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari sikap beberapa siswa yang belum sesuai dengan
tujuan pembelajaran PKn yaitu adanya perubahan sikap menjadi lebih baik, dan
bertanggung jawab.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak
akan lepas dari tudingan masyarakat jika ada kenakalan remaja atau tawuran
antar siswa. Kemerosotan moral siswa yang kerap terjadi seakan-akan merupakan
kegagalan lembaga pendidikan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Terlebih lagi guru agama dan guru PPKn, selalu menjadi sasaran
empuk yang dituduh gagal membentuk moral siswa. Sebenarnya penanaman moral
sangat terkait dengan semua guru, orang tua, dan masyarakat.
Kalau
dikaji secara detail, penyebab kemerosotan moral pada diri anak bukan hanya
karena adanya penurunan akhlak dan kurangnya pemahaman terhadap nilai agama.
Penyebab kemerosotan moral sering terjadi karena kurangnya perhatian orang tua
sehingga anak mesikap terabaikan.
Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan moral siswa adalah
menurunnya sikap nasionalisme dalam diri
siswa.
Dengan sikap nasionalisme yang tinggi, anak akan lebih
mencintai dirinya sendiri sehingga kecil kemungkinannya mereka akan
menjerumuskan dirinya untuk hal yang tidak berguna. Terhadap sesama teman,
mereka akan mesikap senasib seperjuangan
sebagai bangsa Indonesia yang utuh.
Pada zaman
perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia terbukti berhasil mencapai kemerdekaan
karena adanya sikap nasionalime, sikap persatuan dan kesatuan yang kuat. Perbedaan
suku, agama dan daerah asal tidak pernah dipersoalkan. Satu hal yang mereka sikap
kan saat itu yaitu sikap cinta terhadap
tanah air dan sikap persaudaraan di
antara sesama bangsa Indonesia. Alhasil, kemerdekaan di tangan kita.
Kenakalan remaja
dan tawuran terjadi di mana-mana. Bergetarnya hati tatkala mendengar lagu
kebangsaan dikumandangkan tak lagi disikap kan anak zaman sekarang. Apalagi sikap
cinta pada diri sendiri mulai pupus
dengan mengkonsumsi obat-obat terlarang, bahkan tak perduli walaupun dengan
menyakiti fisik sendiri. Terlebih lagi, kehormatan diri dan keluarga seakan
bukan masalah yang harus dipertaruhkan.
Dengan kata lain Indonesia tidak hanya mengalami krisis ekonomi saja ,
tetapi juga mengalami krisis moral.
Membangun moral
dengan nasionalisme harus ditanamkan sejak dini, terutama pada siswa usia
Sekolah Dasar (SD). Sebab di SD merupakan basic pendidikan, sedangkan moral
merupakan landasan utama dalam melakukan seluruh aktivitas dalam kehidupan.
Pergaulan siswa SD belum begitu komplek dibanding siswa SMP atau SMA. Oleh
karena itu jika penanaman moral dimulai sejak SD akan lebih mengakar dan
tertanam dalam diri siswa.
Memang tidaklah
adil jika kemerosotan moral kita timpakan sepenuhnya pada pribadi siswa. Mereka
merupakan korban kelalaian orang dewasa yang selalu berkonsentrasi pada urusan
duniawi yang tiada habis-habisnya. Padahal orang dewasa atau generasi tua
sering dijadikan teladan oleh anak-anak. Jika tokoh teladannya sibuk dengan
dirinya sendiri, akibatnya mereka kehilangan tokoh panutan dan berbuat semau gue. Setiap anak membutuhkan perhatian,
sapaan, perhargaan secara positif dan cinta tanpa syarat untuk mengembangkan
dirinya yang berharga.
Tetapi sekarang
bukan saatnya lagi saling menyalahkan, namun bagaimana cara membenahi dan
mengurangi kemerosotan moral. Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa mereka
adalah aset bangsa yang tak ternilai. Mereka adalah calon pemikir bangsa yang
harus dipersiapkan untuk membawa bangsa dan negara ini menuju era keemasan.
Juga bukan salah
guru PPKn, IPS, atau agama sebagai guru yang diberi tugas menyampaikan materi
seputar akhlakulkarimah dan sejarah perjuangan bangsa. Pembentukan moral siswa
melalui penanaman semangat nasionalisme merupakan tanggung jawab semua kalangan
masyarakat. Tidak hanya di bangku sekolah sebagai lembaga pendidikan, penanaman
sikap nasionalisme dapat dimulai dari
lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya, sering kali memperdengarkan
lagu-lagu nasional di rumah atau lingkungan masyarakat dapat mempertebal sikap nasionalisme. Menjamurnya lagu-lagu anak muda
perlu diimbangi dengan pemunculan kembali lagu nasional. Sehingga tidak
terjadi, seorang anak lebih hafal lagu dari penyanyi favoritnya dari pada lagu
nasional bangsa ini.
Dalam upaya
menumbuhkan sikap nasionalisme pada
siswa, harus juga dibarengi dengan upaya memahami Pancasila yang mengandung
nilai – nilai luhur Bangsa Indonesia.
Pancasila yang merupakan dasar dan pedoman hidup Bangsa Indonesia
mengandung nilai – nilai nasionalisme yang harus terus ditanamkan pada diri
siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Dengan memahami Pancasila baik sejarahnya, maupun maknanya maka akan
tumbuh sikap nasionalisme dalam
dirinya.
Jika generasi
muda, khususnya siswa mengetahui bahwa bahwa betapa beratnya perjuangan untuk
mencapai kemerdekaan yang sekarang mereka nikmati, tentu mereka akan menghargai
arti kemerdekaan dan tidak menyia-nyiakan kemerdekaan dengan kegiatan yang
tidak berarti. Nasionalisme dapat menyadarkan generasi muda bahwa terbentuknya
Negara Indonesia tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui tahapan yang
panjang. Mereka harus tahu bahwa kemerdekaan ini telah dibayar dengan tetes
darah para pahlawan. Mereka harus sadar bahwa di tangan merekalah masa depan
bangsa dan negara.
Pancasila yang
lahir dari perjuangan panjang Bangsa Indonesia, saat ini lebih sering hanya
menjadi sekedar wacana. Yang hanya
menjadi bacaan rutin setiap upacara bendera yang biasanya dilakukan setiap hari
Senin di sekolah mau pun di instansi – instansi pemerintahan. Dan ironisnya sebagai warga Negara Indonesia
sendiri, bahkan ada yang tidak hafal isi Pancasila dari sila1 sampai 5. Bangsa
yang baik adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya. Seperti yang dikutip di atas bahwa Pancasila
merupakan hasil perjuangan panjang Bangsa Indonesia. Yang merupakan cita – cita dan tujuan Bangsa
Indonesia, yang mengandung nilai – nilai luhur bangsa Indonesia.
Sebagai bangsa,
kita harus kerja keras untuk mengangkat Pancasila ini. Sebab, suatu bangsa tidak akan mungkin bisa
maju seperti bangsa – bangsa lain, kalau dirinya mengadopsi begitu saja nilai –
nilai bangsa lain. Kita harus bangkit
dan hidup dengan nilai – nilai bangsa sendiri.
Dengan itulah kita akan dihargai oleh bangsa lain.
Memahami
Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari adalah penting dan menjadi tanggung
jawab kita semua sebagai warga Negara Indonesia. Dan tidak kalah pentingnya bagi para pelajar
sebagai generasi muda yang akan meneruskan bangsa ini untuk mencintai sejarah
dan meneruskan cita – cita luhur Bangsa Indonesia.
Pelajar sebagai
generasi muda penerus bangsa dituntut untuk memiliki sikap Nasionalisme yakni sikap cinta tanah air. Bangga menjadi Bangsa Indonesia, bangga
menjadi pemuda Indonesia yang akan meneruskan negeri ini. Sikap Nasionalisme ini harus terus dipupuk agar
tidak luntur. Saat ini di mana pengaruh
budaya asing begitu luas masuk ke negeri kita, ini menuntut peran orang tua dan
guru khususnya agar para anak didik kita tetap mencintai dan menjunjung tinggi
budaya negerinya yakni budaya Indonesia. Arus globalisasi dapat memberikan
pengaruh terhadap perilaku sosial kultural masyarakat kita. Kemajuan ilmu pengetahuan menyebabkan pesatnya perkembangan teknologi. Di satu sisi pesatnya perkembangan teknologi memberikan dampak
positif bagi manusia, karna mempermudah manusia melakukan aktifitas, tetapi di
sisi lain perkembangan ini dapat
memberikan dampak buruk bagi anak bangsa ini.
Jika tidak diarahkan / dibimbing, mereka akan menelan semua budaya luar
yang masuk ke dalam negeri. Yang pada , akhirnya akan mengikis sikap nasionalisme dalam dirinya. Mereka lebih bangga dan lebih mencintai
produk buatan luar negeri dibandingkan buatan dalam negeri.
Berdasarkan
kenyataan di atas, maka diperlukan suatu usaha dan upaya yang simultan agar
anak didik kita tidak mengalami kondisi berprilaku menyimpang dari norma –
norma. Usaha yang paling mendasar adalah
bagaimana meningkatkan peran guru dalam membina dan mendidik siswa, agar mereka
mampu memahami dengan baik nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila, sehingga
mereka mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Siswa yang memahami makna persatuan akan
lebih mencintai bangsanya karna memahami bahwa kemerdekaan bangsa ini diperoleh
berkat rahmat Tuhan dan berkat bersatunya para pemuda pada saat itu tanpa
memandang perbedaan suku, golongan.
Kenyataan yang
ditemukan di lapangan khususnya di SDN Cimahpar 2 Kota Bogor, mengenai
persatuan belum sepenuhnya siswa memahami tentang makna persatuan secara
menyeluruh. Dapat dilihat dan dengan
masih adanya siswa yang berselisih bahkan memperolok teman yang berbeda suku
dengannya, merusak fasilitas sekolah dan
kurangnya empati terhadap korban
- korban bencana alam yang terjadi di negeri ini. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa tentang makna persatuan itu
sendiri.
Setelah kegiatan
penelitian di SDN Cimahpar 2 Kota Bogor, diharapkan pemahaman siswa khususnya
tentang makna persatuan dapat terpenuhi dengan dimulainya memperbaiki sikap
diri sendiri, antara lain menghargai dan menyayangi teman walau pun berbeda
suku dengannya, bersimpati memberikan bantuan pada saudara setanah air yang
terkena musibah dan juga mencetak prestasi.
Persatuan
mengandung makna satu. Walau pun berbeda
– beda suku, agama, warna kulit, bahasa, kita tetap satu sebagai satu bangsa
yaitu Bangsa Indonesia. Dalam kehidupan
nyata atau keseharian, kita masih menemukan dan mesikap kan betapa masih banyak
anak bangsa ini yang berperilaku tidak santun, bertindak anarkis yang justru
memecah persatuan.
Sikap persatuan sangat penting untuk menumbuhkan sikap
nasionalisme siswa agar dapat lebih
mencintai bangsanya. Dengan mencintai
bangsanya, tentunya mereka akan lebih mencintai dan menghargai dirinya dan
terus berusaha memberikan yang terbaik untuk negerinya, negeri Indonesia.
Nasionalisme
adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena persamaan
nasib. Nasionalisme adalah kehendak
untuk bersatu dan bernegara.
Dampak positif
apabila pemahaman persatuan tinggi atau cukup besar maka pastinya akan berhubungan
dengan sikap nasionalisme siswa yang
kuat di sekolah, sehingga perlu adanya pemahaman persatuan yang mendasar
sehingga benar – benar menjadikan tingginya nasionalisme siswa.
Adanya perbedaan
yang cukup besar antara pemahaman persatuan dengan nasionalisme siswa di SDN
Cimahpar 2 Kota Bogor, harapan dari semua pihak yaitu orang tua, guru, serta
masyarakat diharapkan pemahaman makna persatuan dengan nasionalisme siswa baik
dan dapat diandalkan namun sebaliknya apa yang diharapkan belum memenuhi standar
ya ng baik.
Ada pun permasalahan yang timbul di SDN Cimahpar
2 Kota Bogor adalah sebagai berikut :
1. Sikap persatuan masih jauh dari yang diharapkan
terlihat dari masih adanya siswa yang memperolok – olok teman yang berbeda suku
dengannya bahkan berselisih paham diantara teman yang ada.
2. Merusak fasilitas sekolah dengan mencorat coret bangku sekolah atau kursi dengan
tulisan siswa.
3. Kurangnya simpati kepada teman yang
terkena musibah
serta hampir hilangnya sikap nasionalisme.
4. Mesikap bangga menggunakan produk buatan luar
dibandingkan buatan dalam negeri
5. Adanya beberapa siswa yang enggan
mengikuti upacara bendera yang dilakukan setiap hari senin oleh sekolah.
Mengingat
pentingnya Nasionalisme khususnya bagi para pelajar penerus bangsa, maka penulis tertarik untuk
meneeliti sejauh mana pemahaman siswa tentang Pancasila dan apakah ada
hubungannya dengan sikap nasionalisme
yang harus dimiliki oleh siswa, yang tertuang dalam judul “ Hubungan antara pemahaman
siswa tentang sila Persatuan Indonesia dengan sikap Nasionalisme di SDN Cimahpar 2 Kota Bogor.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis menyimpulkan identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah :
- Apakah pemahaman siswa tentang sila Persatuan Indonesia sudah sesuai dengan yang diharapkan ?
- Faktor- faktor apakah yang berhubungan selain dari pemahaman siswa tentang sila persatuan?
- Apakah sikap nasionalisme yang ada di sekolah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan?
- Apakah yang harus dilakukan untuk memupuk sikap nasionalisme pada diri siswa?
- Apakah yang menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap sila Persatuan dan kurangnya sikap nasionalisme pada siswa?
- Apakah ada hubungan antara pemahaman siswa tentang sila persatuan Indonesia dengan sikap nasionalisme di SDN Cimahpar 2 Kota Bogor
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak
melebar ke mana-mana, maka berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah
di atas, penelitian ini dibatasi pada pemahaman siswa tentang sila persatuan
Indonesia dengan sikap Nasionalisme di
SDN Cimahpar 2 Kota Bogor.
Pemahaman siswa tentang sila persatuan Indonesia
adalah mengerti benar, dapat
membedakan, paham, dapat menganalisis,
mengklasifikasikan, respon berupa
tulisan atau pendapat karena objek yang
ada serta mampu menempatkan
kepentingan pribadi diatas golongan, sanggup dan rela berkorban untuk
kepentingan bersama, mengembangkan sikap
cinta kepada tanah air dan bangsa
Indonesia.
Sikap Nasionalisme adalah satu
respon yang tertutup atau berupa lisan, tulisan atau saran pendapat yang
diungkapkan tentang kebangsaan yang mengandung makna
kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggan sebagai bangsa, atau
memelihara kehormatan bangsa, memiliki sikap solidaritas terhadap musibah dan
kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa dan senegara.
D. Perumusan Masalah
Dalam
penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu “Adakah hubungan antara pemahaman siswa tentang
sila Persatuan Indonesia dengan sikap nasionalisme di SDN Cimahpar 2 Bogor”
E. Kegunaan Penelitian
1.
Penulis sendiri,
tentunya banyak sekali menambah wawasan dan manfaatnya, penelitian ini dalam
rangka meningkatkan kemampuan meneliti dan membuat penulisan ilmiah.
2.
Bagi Sekolah dan
Guru-guru SDN Cimahpar 2 Bogor
yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan
hubungan antara
pemahaman siswa tentang sila Persatuan
Indonesia dengan sikap nasionalisme di
SDN Cimahpar 2 Bogor.
3.
Bagi almamater STKIP
Arrahmaniyah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan
indikator untuk dosen guna meningkatkan
mutu mengajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar