BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia pengaturan kehidupan bermasyarakat dengan
bernegara diatur dalam pembangunan nasional yang merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan manusia,
bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional, yang
merupakan bagian dari Pembukaan UUD 1945, yaitu “ melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.”[1]
Hubungan antara latar belakang ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa dalam menunjang tujuan
nasional tersebut yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa maka pemerintah membuat
system pendidikan nasional dan tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Memiliki
anak yang berprestasi tentu menjadi impian setiap orangtua. Orangtua mana yang
tidak bangga jika anak mereka menjadi juara disekolahnya, apalagi kalau sampai
menjadi juara olimpiade fisika, wah…bisa-bisa pesta tujuh hari tujuh malam.
Harkat dan martabat keluargapun menjadi terangkat karenanya. Oleh karena itu,
banyak orangtua yang mati-matian mencarikan sekolah favorit buat anaknya, belum
lagi ditambah les ini dan itu bagi yang mampu secara ekonomi. Semuanya itu
tentu sah-sah saja, namun sayangnya banyak orangtua yang kurang menyadari bahwa
mendidik anak bukan hanya agar mereka menjadi cerdas secara kognisi
(intelektual), namun juga cerdas secara emosi dan spiritual (rohani).
Banyak
anak yang meskipun cerdas, namun kurang bisa berelasi dengan baik dengan
teman-teman dan lingkungannya. Mereka menjadi anak yang egois, kurang peduli
sesama, kurang sopan santun, sulit berempati, dan sebagainya. Bukan hanya itu,
banyak anak-anak yang sebetulnya mempunyai potensi yang baik namun tidak
berkembang, bahkan terjerumus kedalam kenakalan remaja, akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan emosi dari orangtua mereka. Mereka merasa orangtuanya
hanya bisa menuntut, memerintah, memarahi, menyalahkan, tanpa pernah mau
mendengar, memahami, mengerti, mendukung, apalagi memberikan solusi.
Maka dari itu seseorang harus menggali potensi dirinya di
mulai dari sejak dini, dikarnakan
pada masa kanak-kanak penanaman kepercayaan akan potensi yang dimiliki anak merupakan
waktu yang paling cocok, sebab karakter anak pada saat itu masih labil dan
lunak sehingga mudah diubah oleh orang tuanya menjadi karakter yang optimis
akan berbagai hal yang dialami anak, rasa keoptimisan inilah yang memicu anak
dalam menggali potensinya, jadi anak akan lebih mudah dalam menerima motvasi
yang diberikan orang tuanya dan melalui motivasi itulah anak lebih optimis lagi
dan bisa lebih mengembangkan maupu mengoptimalkan kecerdasannya dan itu
semua tidak luput dari sentuhan orang tua yang menjadi penyokong dan pebimbing
dalam kehidupan anak mereka.
Sebagaimana
umumnya orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya agar masa depan
anaknya kelak akan cerah seperti yang diharapkan orang tua tersebut, oleh
karena itu beribu macam cara oleh orang tua siap dilakukan mulai dari
mengontrol kehidupan anaknya didalam dan
diluar rumah dan juga dilingkungan sekolah. Ini semua menjadi kunci bagi
orang tua dalam memback- up anaknya khususnya dalam belajar.
Penanaman motivasi
belajar pada anak harus dilakukan sejak dini agar lebih mantap dan menetap
dalam diri anak. Namun, hendaknya orangtua tak hanya menekankan motivasi
belajar untuk meraih prestasi dalam bidang akademik semata. "Jangan
melihat kecerdasan anak dari ranking saja. Tapi, lihatlah bagaimana ia
bersosialisasi, bagaimana kreativitasnya,
gerak tubuhnya dan lain-lain.
Keluarga
mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak
sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai
dan norma-norma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga. Untuk
perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus
tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih sayang
dan pengertian. Menurut Siti Partini “Keluarga adalah sekelompok manusia yang
terdiri atas suami, istri, anak-anak yang terikat atau didahului dengan
perkawinan.”[2]
Pendidikan
di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir,
pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih,
ketentraman dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan
wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang
tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu
merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan
tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak
disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan
selanjutnya.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya.
Mendidik
dalam arti luas yang merupakan tugas pokok sekolah adalah dalam rangka
menciptakan kesempatan yang seluas-luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya
seoptimal mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya disamping memberikan
latihan mengenai : akhlak, dan kecerdasan seseorang. Disamping tugas pokok
sekolah tersebut diatas, maka dapat dijelaskan pula tentang tujuan
institusional sebagai lembaga pendidikan
formal tingkat atas, sesuai dengan fungsinya
dalam rangka keseluruhan pendidikan, yaitu Menjadikan para siswa untuk menjadi manusia
Indonesia seutuhnya, sebagai siswa yang berpancasila, Memberikan bekal latar belakang yang diperlukan bagi siswa-siswa yang akan
melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi, Memberikan bekal latar belakang bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja
setelah menyelesaikan pendidikannya.
Pencapaian
tujuan motivasi belajar oleh orang tua sesuai dengan fungsinya dalam rangka
keseluruhan proses pendidika pada khususnya dalam salah satu tugas sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal pada umumnya tidaklah mudah. Disepanjang
tahun, khususnya pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal
atau informal, sering dipermasalahkan oleh orang tua. Permasalahan ini
seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan merosotnya minat belajar dan
prestasi belajar yang dicapai siswa.
Dengan
demikian seseorang yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik ( bukan
broken home ), cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memecahkan problem-problem yang
dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk problem-peoblem dalam rangka meraih
prestasi yang optimal. Konsep belajar cara revolusi akan efektif
apabila anak mengalami pembebasan dalam menuangkan ide dan mengeksplorasi
pikirannya. Belajar secara revolusioner adalah menjungkir-balikkan keyakinan yang
telah membelenggu pikiran manusia tentang belajar yang harus di dalam kelas dan
mendengarkan keterangan yang diberikan oleh guru. Belajar revolusioner
memberikan ruang kepada setiap anak untuk belajar secara kreatif sesuai dengan latar
belakang yang dimilikinya. Untuk membantu belajar revolusioner, metode
emasipatoris sangat cocok menentukan tindakan dan fikiran yang diyakininya.
Guru berperan
sebagai fasilitator dan teman berdiskusi secara sepadan tanpa menakutkan bagi
anak didik. Seluruh alam menjadi media pembelajaran efektif dengan menjadikan
dunia sebagai kelas. Dengan demikian akan mampu menciptakan kreasi baru setiap
saat. Modifikasi dari hal-hal yang lama adalah mutlak diperankan oleh anak
untuk terus memodifikasi karya-karya baru, namun barubah sesuai dengan latar belakang anak yang berbeda-beda. Setiap manusia punya
keunikan untuk menentukan kapan dan berapa lama ia belajar. Bagi usia anak-anak
belajar dengan cara bermain sungguh mengasyikkan. Mereka akan kreatif dengan
latihan-latihan yang tidak pernah gagal.
Mengarahkan
perhatian sangat penting bukan tidak mungkin dalam perjalanan mengajar murid
kehilangan konsentrasi karena suasana kelas yang kacau, gaduh, tidak terarah. Guru membangkitkan ingatan dari materi yang telah
diajarkan,dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, serta memberi penghargaan
pada siswa yang bisa menjawap pertanyaan dengan pujian, sehingga siswa
termotivasi untuk belajar lebih lanjut,juga hendaknya guru membimbing,
membantu, memberi dorongan, semangat, perhatian, dan kasih sayang.
Pembelajaran
kreatif adalah dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan, motivasi
berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada
di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Namun pada intinya
bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan
dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua,
yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik jenis motivasi ini timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri, Motivasi Ekstrinsik.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Sedangkan harapannya
adalah semua pihak meninginkan adanya latar belakang ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar
anak di SDN Empang 3 Kota Bogor yang kuat sehingga adanya prestasi
yang menonjol atau dapat diakui oleh semua pihak oleh karena itu penulis
mencoba mengambil judul Hubungan anatara latar belakang ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa di SDN Empang 3 Kota
Bogor
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut dibawah ini :
1. Apakah latar belakang ekonomi orang tua sudah mencukupi sehingga siswa
dapat layak dalam melakukan pembelajaran?
2. Apakah motivasi
belajar siswa sudah cukup kuat dengan adanya pengaruh atau
dorongan dari latar belakang ekonomi
orang tua ?
3. Apakah Hubungan
antara latar belakang ekonomi orang tua dengan motivasi belajar anak di SDN Empang 3 Kota Bogor ?
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut di atas maka pembatasan masalahnya berkisar pada “ Hubungan antara latar
belakang ekonomi orang tua dengan
motivasi belajar siswa di SDN Empang 3 Kota Bogor “
Latar
belakang ekonomi orang tua adalah kemampuan atau kecakapan orang tua dalam
mendidik anak yang dilihat dari sisi ekonomi untuk mendorong anaknya agar belajar belajar secara
formal ataupun informal.
Motivasi belajar siswa adalah dorongan belajar
terhadap anak untuk melakukan proses belajar dan berlatih secara terus menurus
serta dorongan tersebuat dapat dari dalam ataupun dari luar sehingga anak dapat
melakukan pembelajaran dengan baik
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ” Apakah ada Hubungan antara latar belakang ekonomi orang tua dengan motivasi belajar
siswa di SDN Empang 3 Kota Bogor ”?
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna
sebagai :
1.
Secara
keilmuan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengkajian dan penelitian
keilmuan khususnya mata pelajaran PKn.
2.
Mengembangkan
wawasan, pikiran dan saran yang dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan latar
belakang ekonomi orang tua dengan motivasi belajar anak di SDN Empang 3 Kota Bogor.
3.
Bagi
penulis mudah-mudahan dapat memperluas wawasan berpikir dalam memahami masalah
pendidikan kewarganegaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar