BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Hakekat Metode Diskusi yang efektif
Metode
adalah langkah atau cara yang telah diatur dan terpikir baik-baikuntuk mencapai
suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya”[1]
adapun arti yang dimaksud adalah satu cara atau langkah yang dilakukan dalam
melakukan satu penelitian yang dapat diukur kebenarannya.Metode adalah cara
ilmiah yang telah diatur dan hasilnya dapat diukur dan cara tersebut diakui
karena keilmuannya”[2]. Cara
yang ilmiah atau satu langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian
sehingga penelitian tersebt dapat berfungsi atau berguna untuk kepentingan
keilmuan yang ada.
Sebagai salah satu model pembelajaran, cooperative learning (pembelajaran diskusi ) menekankan aktivitas kolaboratif
peserta didik dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mempelajari
materi pelajaran dan memecahkan masalah”[3].
Dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk
melaksanakan kegiatan mengajar dan bagaimana siswa belajar dengan efektif dan
efesien.
“Diskusi
kelas adalah suatu kegiatan yang melibatkan siswa dengan guru atau siswa dengan
siswa yang lain untuk membicarakan atau menyelesaikan suatu topik permasalahan
tertentu”.[4] Sedangkan strategi yang digunakan dalam diskusi di mana
dalam suatu kelas dibentuk kelompok-kelompok yang memungkinkan siswa-siswa
tersebut untuk saling berinteraksi, berbagi pendapat, tanya jawab, dan
melakukan sesuatu bersama.
Pendekatan
kontekstual merupakah suatu konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
“Metode
diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi
dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama”[5].
Diskusi
sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada
siswa, memberi kesempatan pada siswa
untuk mengeluarkan kemampuannya, mendapatkan
balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai, membantu siswa belajar
berpikir secara kritis, membantu siswa
belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman, membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan
berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah dan mengembangkan
motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Adapun
kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut : Guru
menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta
kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan. Guru menjelaskan tujuan diskusi. Guru memberikan ceramah dengan
diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan. Guru
mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara
mengeluarkan pendapat. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar
seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan. Mengatur giliran
berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja
yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Mengatur agar sifat
dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem. Mencatat hal-hal yang
menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak
menyadari pendapat yang salah. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara
siswa dengan siswa. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi
pengatur pembicaraan.
Kegiatan
siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut: Menelaah topik/pokok
masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik
kepada kelas. Ikut aktif memikirkan
sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan
lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan. Mengemukakan
pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan
bersama-sama teman sebangku atau sekelompok. Mendengar tanggapan reaksi atau
tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba
memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain. Menghormati
pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat. Mencatat
sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju
maupun bertentangan. Menyusun
kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat. Ikut menjaga
dan memelihara ketertiban diskusi. Tidak
bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari
pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Adapun
kelebihan metode diskusi sebagai berikut : Mendidik siswa untuk belajar
mengemukakan pikiran atau pendapat. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai
sumber data. .Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu
problem bersama-sama. .Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru. Merangsang
siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang
pendapat teman-temannya. .Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu
pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil. Mengembangkan
rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin
bertentangan sama sekali. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum
berbicara. Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan
berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan
logis. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara,
pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
“Metode
diskusi adalah suatu cara mempelajari
materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rasional dan objektif”[6].
Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar.
Metode diskusi juga di maksudkan untuk dapat meransang siswa dalam belajar dan
berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan
objektif .
K elemahan
metode diskusi sebagai berikut: Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi
hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. Diskusi
yang mendalam memerlukan banyak waktu. Sulit untuk menentukan batas luas atau
kedalaman suatu uraian diskusi. Biasanya
tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang
karena menunggu siswa mengemukakan pendapat. Pembicaraan dalam diskusi mungkin
didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan
pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara. Memungkinkan timbulnya
rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai
dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai
saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.
Prinsip-Prinsip
dalam diskusi melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi yang di adakan, diperlukan
ketertiban dan keteraturan dalam megemungkakan pendapat secara bergilir di
pimpin oleh seorang ketua atau moderator. Masalah yang didiskusikan dengan
perkembangan dan kemampuan anak, guru
berusaha mendorong siswanya yang kurang aktif untuk melakukan atau mengeluarkan
pendapatnya, siswa dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui
atau menentang pendapat.
“Metode Diskusi sangat sesuai di gunakan bilamana materi yang di sajikan bersifat yang tingkat
kesempatanya rendah, untuk pengembangan sikap atau tujuan-tujuan pengajaran
yang bersifat efektif”[7]. Untuk
tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistensis,dan tingkat pemahaman yang
tinggi.
Keunggulan
metode diskusi suasa kelas menjadi
bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan permikiran mereka
terhadap masalah yang sedanf di bicarakan. Dapat menjalin hubungan antara individu siswa
hinggaü
menimbulkan rasa harga diri,toleransi demokrasi, berfikir kritis dan
sistematis. Hasil diskusi dapat di
pahami oleh para siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang
berlangsung dalam diskusi.
Kelemahan
-kelemahan Metode Diskusi adanya sebagian siswa yang kurang bepartisifasi
secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut
bertangung jawab terhadap hasil diskusi .
Sulit meramalkan hasil yang ingin di capai karena pengunaan waktu yang terlalu panjang, Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistimatis.
Sulit meramalkan hasil yang ingin di capai karena pengunaan waktu yang terlalu panjang, Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistimatis.
Tugas-Tugas
guru dalam diskusi dapat bertindak sebagai pimpinan dalam diskusi, mengusahakan jalanya diskusi agar tidak
terjadi dialog atau hanya sekedar tanya jawab antara guru dan siswa atau antara
dua orang siswa saja. Sebagai moderator yang dapat megamankan, menolak atau
menyampaikan pendapat dan usul-usul kepada peserta diskusi.
Langkah-langkah
yang perlu di dalam pelaksanaan diskusi pemilihan topik yang akan di diskusikan,
di bentuk kelompok-kelompok diskusi,
dan para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing. Bentuk diskusi kelas di mana para peserta duduk setengah lingkaran.
Diskusi Kelompok: Diskusi yang terdiri dari 4-6 orang peserta. Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang di bagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta. Suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu, dan duduk dalam bentuk semi melingkar. Dalam bentuk diskusi ini kelas di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 peserta, dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah penyangah, moderator,dan notulis, serta beberapa peserta. Bentuk diskusi di bagi menjadi dua tim yang seimbang.
dan para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing. Bentuk diskusi kelas di mana para peserta duduk setengah lingkaran.
Diskusi Kelompok: Diskusi yang terdiri dari 4-6 orang peserta. Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang di bagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta. Suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu, dan duduk dalam bentuk semi melingkar. Dalam bentuk diskusi ini kelas di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 peserta, dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah penyangah, moderator,dan notulis, serta beberapa peserta. Bentuk diskusi di bagi menjadi dua tim yang seimbang.
Diskusi
ini terdiri dari beberapa orang peserta dan pimpinan oleh seorang ketua untuk
mencari suatu keputusan.Bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar
lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam
megemungkakan pendapat. Bentuk diskusi
yang pesertanya terdiri dari 8-12 orang.
Metode
diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan
agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada
aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang
disepakati bersama. Diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama,
diskusi kelompok kecil (small group discussion) dengan kegiatan kelompok
kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik
dipimpin langsung oleh gurunya atau dilaksanakan oleh seorang atau beberapa
pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa.
“Diskusi kelas dapat membantu untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran: (1) meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan
siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyuarakan pendapatnya, (2) membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang
lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka,
dan akhirnya (3) membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi.”[8]
Dalam diskusi kelas harus ada keikut sertaan
siswa yang aktif dalam menyuarakan pendapat atau saran atau
argumentasi dan itu harus dipacu terus sehingga siswa dapat aktif dalam
berpendapat dengan siswa aktif berbicara maka akan jelas siswa akan lebih paham
dengan apa yang dibahas saat itu, sehingga siswa lebih terampil dalam berbicara
dan pasih dalam berkomunikasi
Berdasarkan
teori diatas maka pendapat penulis tentang Metode diskusi yang efektif
adalah cara penyajian atau penyampaian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Hakekat Meningkatkan Sikap Nasionalisme
“Meningkatkan adalah memberikan pemahaman agar lebih baik dan lebih dimengerti dan professional.”[9] Dalam peningkatan ini bertahap atau secara terus menerus peningkatan tersebut dapat dirasakan atau awalnya siswa tidak tahu menjadi tahu dan apabila sudah mengetahuinya agar menjadi lebih paham dan mengerti sehingga menjadi professional.
Menurut Kendler “Sikap merupakan suatu kecenderungan
untuk mendekat atau menghindar, positif atau negative terhadap berbagai keadaan
sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya”[10],
sedangkan Gagne mengatakan “bahwa sikap merupakan suatu
keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan
individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa”[11]. Yang perlu diperhatikan adalah satu respon yang masih tertutup ataupun satu tindakan yang masih berupa perkataan yaitu berupa lisan dan respon tersebut juga dapat berupa tulisan atau sara pendapat melalui tulisan hal itu masih berupa lisan atau tulisan.
keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan
individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa”[11]. Yang perlu diperhatikan adalah satu respon yang masih tertutup ataupun satu tindakan yang masih berupa perkataan yaitu berupa lisan dan respon tersebut juga dapat berupa tulisan atau sara pendapat melalui tulisan hal itu masih berupa lisan atau tulisan.
“Menurut Bimo
Walgito bahwa yang dimaksud sikap adalah
“merupakan organisasi yang ber pendapat dan keyakinan seseorang terhadap
suatu obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan
tertentu sehingga memberikan dasar tertentu kepada individu untuk memberi
respon/berperilaku dalam cara yang dipilihnya.”[12]
Pengertian Attitude
dan diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu. merupakan sikap pandangan atau sikap
perasaan, tetapi sikap tersebut disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan sikap objek yang tadi itu. Jadi attitude dapat diterjemahkan
sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Dari berbagai pendapat
tentang sikap tersebut diatas, dapat diketahui bahwa sikap merupakan bentuk
keyakinan seseorang atau kepercayaan seseorang terhadap suatu obyek atau
situasi tertentu aspek kognitif, yang disertai dengan perasaan positif
atau negatif yang berupa rasa suka atau tidak suka, menerima atau menolak dan
sebagainya aspek afektif. Semua ini akan menimbulkan kecenderungan bagi
seseorang untuk merespon atau bertindak terhadap objek tersebut aspek konasi.
Sarlito Wirawan
membagi sikap dalam tiga bagian (domain). Ketiga domain sikap itu
adalah kognitif, afektif dan konatif.” [13] Yang dikuatkan oleh Bimo Walgito bahwa sikap mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu yang berpengaruh
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berpengaruh dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Komponen
konatif (action component), yaitu komponen yang berpengaruh dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek
sikap.
Menurut
Soekidjo Notoatmojo “Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek[14] Bahwa komponen sikap
adalah seluruh pikiran, pengetahuan,
kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Dengan menempuh mata kuliah
bimbingan dan konseling keluarga maka mendapatkan pengetahuan, pandangan,
keyakinan mengenai bimbingan kemudian Komponen Afektif yaitu seluruh perasaan seseorang terhadap objek sikap.
Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk
mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup
yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta
diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Teori
ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Hal ini perlu diperhitungkan
karena seseorang cenderung untuk berperilaku sebagaimana lingkungan melihat dan
mengharapkan ia berperilaku. Apalagi melihat
bahkan mencap seseorang itu sebagai orang tidak sikap nasionalisme , maka
akhirnya ia akan berperilaku tidak sikap nasionalisme . Muray mendefinisikan prestasi sebagai
berikut “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat
mungkin”[15].oleh
karena itu siswa dituntut setiap harinya untuk melatih dan belajar sehingga apa
yang dilakukan akan menjadikan satu kebiasaan yang baik dan satu kebiasaan yang
cenderung positif, sehingga apa yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan
perilaku sikap nasionalisme yang tinggi.
Konsep sikap nasionalisme berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau
norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Moeliono mengemukakan bahwa “sikap nasionalisme adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya”[16].
Pendapat tersebut juga untuk memupuk perilaku sikap nasionalisme yang kuat karena ketaan atau kepatuhan
tersebut bagian dari sikap nasionalisme yang ada untuk ditingkatkan prestasinya karena
dengan melatih dan terus menerus maka perilaku sikap nasionalisme tersebut menjadi kebiasaan yang baik atau
adanya satu pembiasaan terhadap satu aturan yang sudah baku karena sering
dilatih maka sikap nasionalisme tersebut tidak merasa berat dilakukan atau
dikerjakan karena bagian dari sesuatu yang diharapkan semua pihak, oleh karena itu untuk meningkatkan perilaku sikap
nasionalisme salah satunya dengan cara
membiasakan perilaku atau tingkah laku yang baik sehingga menjadi satu
pembiasaan.
Robert mejelaskan
bahwa, “nasionalisme menimbulkan
gambaran yang amat keras kepada bangsa Indonesia dan bayangan tentang menjaga nama baik bangsa,
pembalasan dan bahkan kesakitan. Pada sisi lain,"sikap nasionalisme "
mengacu pada usaha membantu orang lain melalui pengajaran dan pelatihan.”[17]. hal yang terpenting dalam nasionalisme itu
adalah satu perasaan yang banggsa atas bangs Indonesia serta mempuyai perasaan
tentang tumpah darah Indonesia.
Pada zaman sekarang, sudah banyak anak muda yang nantinya akan memimpin
Negara kita yang tercinya ini yang tidak memiliki sikap nasionalisme pada diri
mereka. “Sikap nasionalisme dapat tumbuh, jika ada kesadaran pada diri
masing-masing individu .”[18].
proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau
kepentingan demi suatu citat-cita bangsa, pencarian cara-cara bertindak yang tepilih
dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri dengamn memiliki rasa bangga atas
anak indonesia, pengendalian perilaku
murid selaras dengan jiwa kepahlawanan, secara
positif mengakui atas bendera merah putih
“Sikap nasionalisme adalah suatu
sikap konsisten dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang
dalam melakukan sesuatu serta mempuyai nilai yang tinggi sehingga apa yang
dilakukan serta dijadwalkan tepat
waktunya”[19].Adapun
menurut Soemantri sikap nasionalisme adalah “pembiasaan seseorang dalam melakukan
kegiatan dengan teratur, terarah serta terjadwalkan sehingga kegiatan yang
dilakukan selesai tepat pada waktunya dengan hasil yang baik ”. [20]
Sikap nasionalisme dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa
terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan bangsa indonesia dan
diimplementasikan di sekolah Dalam bidang bimbingan sosial yang memungkinkan
siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang di
alami melalui dinamika kelompok, yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan
pemahaman dan pelaksanaan sikap nasionalisme dan peraturan sekolah yang diterapkan sehingga
aturan yang diberlakukan dapat berjalan lancar dan baik. Dengan sikap
nasionalisme yang tinggi dan kuat maka
akan membentuk satu keinginan dalam
belajar serta akan memacu prestasi yang didapat.
Pengertian sikap nasionalisme sendiri adalah “sikap cinta tanah
air, yang artinya mereka mencintai dan mau membangun tanah air menjadi lebih
baik“[21]..
Sikap Nasionalisme harus dimiliki oleh setiap warga Negara, sebab dengan adanya
sikap cinta tanah air, mereka dapat menjaga dan melindungi Negara kita dari
ancaman dalam bentuk apapun.
Bahwa ada beberapa
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa antara lain Peraturan dan tata tertib
sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan dapat pada
media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan
bendera pada saat mengajar dan lain-lain, Pembina sikap nasionalisme secara individual oleh wali kelas maupun
secara kelompok oleh guru BP, adanya
tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar sikap
nasionalisme menjadi budaya sekolah yang
mendarah daging karena tindakan indisipliber tidak akan ditoleri oleh
siapapun, administrasi piket perlu
ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan,
ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan sikap
nasionalisme .
“Sikap nasionalisme dapat diamalakan tidak harus dengan ikut
menjaga di perairan atau diperbatas seperti Para TNI”[22].
Tapi, bagi para anak muda dan pe lajar mereka dapat mengamalkannya melalui
kegiatan yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Contohmya : Bagi para pelajar, mereka
harus rajin belajar, agar kelak mereka berguna bagi bangsa dan tanah air kita
yang tercinta ini, menggunakan produk dalam negeri , kita harus yakin bahwa
produk-produk negera kitapun tidak kalh dengan produk-produk luarnegei,dsb
Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan sebagai seorang yang
terpelajar tentu kita tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang bertentangan
dengan hukum dan juga kita tahu konsekuensi yang harus kita hadapi jika kita
melanggar aturan hukum.
Sikap Nasionalisme “berpartisipasi aktif dalam pembangunan
nasional”[23].
Semua warga
Negara berhak untuk ikut aktif dalam paembangunan nasional. Pembangunan Negara
Indonesia tidak saja dilakukan oleh pemerintah, tapi semua lapisan masyarakat.
Bahkan seorang pelajar pun dapat ikut melaksanakan pembangunan. Contoh kecil
yang dapat kita lakukan untuk membantu pembangunan Negara adalah dengan ikut
pemilu, karena dengan ikut pemilu kita dapat mimilih seorang pemimpin yang
dapat membawa negara ini ke arah yang lebih baik.
“Sikap Nasionalisme merupakan salah satu kegiatan menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar[24].
Musibah banjir terjadi dimana-mana, hal ini disebabkan kurang sadarnya
masyarakat dalam hal kebersihan, khususnya dalam hal pembuangan sampah.
Pembuangan sampah yang sembarangan dapat menyebabkan tersumbatnya saluran air
atau selokan yang mana hal tersebut dapat menyebabkan air meluap dan terjadilah
banjir. Untuk itu marilah kita tingkatkan kesadaran kita akan pentingnya
pembuangan sampah pada tempatnya. Hal ini dapat kita mulai dari sekarang dan
dapat kita lakukan dari lingkungan sekitar kita baik di rumah, kampus ataupun
di tempat-tempat lainnya.
“Sikap nasionalisme adalah
menciptakan kerukunan umat beragama”[25]. bahwa
Negara kita terdiri dari berbagai agama yang dianut warga Negara Indonesia.
Tapi hal itu bukanlah alasan untuk warga Negara untuk tidak saling hidup rukun.
Setiap warga Negara dituntut untuk saling menghormati dan menghargai orang lain
walaupun berbeda agama agar tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis.
“Sikap nasionalisme
dapat memelihara nilai–nilai positif yatu hidup rukun, gotong royong, dll”[26]. Manusia
merupakan mahkluk social yang mana kita tidak dapat hidup secara individu atau
tanpa bantuan orang lain. Dalam hal menciptakan kerukunan dan juga untuk
memajukan Negara Indonesia kita haruslah bekerja sama dan saling bahu membahu.
“Nasionalisme luas (positif), adalah sikap memperjuangkan dan sikap memperjuangkan
dan mempertahankan kemerdekaan mempertahankan kemerdekaan serta harga diri
bangsa sekaligus serta harga diri bangsa sekaligus menghargai bangsa lain”[27]. Adapun
sebaliknya nasionalisme sempit (negatif),
Sikap sombong, bangga terhadap Sikap sombong, bangga terhadap bangsanya sendiri dan tidak bangsanya sendiri dan tidak menghargai bangsa lain.
Menurut Ernest Renan” Nasionalisme adalah
kehendak untuk bersatu dan bernegara”[28]. Suatu negara
kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan negaranya.
Nafsu untuk berkuasa itu mendorong negara tersebut memperkuat angkatan perang.
Bila telah merasa diri mereka kuat, maka berbagai alasan dicari-cari sehingga
bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya. Semangat dan nafsu untuk berkuasa
atas bangsa lain ini merupakan salah satu sebab adanya kolonialisme dan
imperialism.
Menurut Otto Bauar “ Nasionalisme adalah suatu
persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib“[29] Makna Nasionalisme secara politis merupakan
manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi
suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan
maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat,
bangsa dan negaranya. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa
bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita
terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih
unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat
nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan
sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa
lain.
Menurut Hans Kohn” Nasionalisme secara fundamental
timbul dari adanya National Counciousness, formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari
kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri”[30]. Nasionalisme berhubungan dengan penemuan
identitas nasional. Kesadaran akan identitas nasional ini dapat dipicu oleh
letak geografis, misalnya sekelompok masyarakat hidup dalam sebuah wilayah yang
sama menyadari keberadaannya sebagai satu bangsa. Ini mirip kesadaran sebagai
keluarga besar. Tapi, kesadaran akan identitas nasional juga bisa lahir karena
pengalaman pahit tertentu yang dialami secara bersama, meskipun masyarakat
tidak hidup da-lam satu wilayah geografis yang sama. Inilah yang dialami oleh
bangsa Indonesia. Pengalaman dijajah Belanda selama ratusan tahun telah
melahirkan kesadaran akan identitas diri dan identitas nasional yang ingin
melepaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme apapun. Tentu kesadaran akan
identitas sebagai bangsa ini tidak lahir secara mendadak. Meskipun secara
geografis Indonesia memiliki ribuan pulau dan ratusan ribu suku bangsa,
interaksi ma-syarakat di Nusantara sejak perdagangan antarpulau dan antarbenua
di sekitar abad ke-4 dan ke-5 masehi sampai masa-masa kejayaan
kerajaan-kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan bagian dari proses
pembentukan identitas kebangsaan Indonesia. Dari situlah identitas nasional
Indonesia dirumuskan. Bahwa masyarakat yang mendiami wilayah di kepulauan
Nusantara, meskipun beranekaragam, mereka tetaplah satu
Menurut L. Stoddard
“ Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian
terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan
memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa”[31]. Dalam arti ini, nasionalisme
Indonesia yang lahir sejak tahun 1928 memang lebih bersifat nasionalisme
politik. Artinya, kesadaran sebagai bangsa Indonesia yang diikrarkan para
pemuda pada hari Sumpa Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan sebuah
kesadaran politik untuk menggalang persatuan demi mem-perjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Mohammad Yamin benar menyebut, bahwa nasionalisme Indonesia pada
saat kelahiran Budi Utomo (10 Mei 1908) bersifat nasionalisme kultur.
Nasionalisme kultur bangsa Indonesia sebenarnya sudah mulai terbentuk sejak
abad perdagangan antarpulau di era abad ke-4 dan ke-5 masehi dan mencapai
puncak pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa
: menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama
bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap
tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan; senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berani membela
kebenaran dan keadilan; merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari
seluruh umat manusia; dan menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa.
Menurut pendapat penulis ” meningkatkan sikap nasionalisme adalah menjadi
lebih baik lagi dari yang sebelumnya tentang tindakan, perbuatan ketaatan
atau kepatuhan kepada siswa tentang kebangsaaan atau kebanggan atas negara
bangsa Indonesia dengan perujudan rajin belajar, belajar bersungguh sungguh,
serta berbudi luhur dan budi pekerti yang tinggi sehingga dunia dapat melihat
bangga terhadap bangsa Indonesia dan bangga terhadap anak negeri ibu pertiwi.
B.
Kerangka
Pikir Tindakan
Metode diskusi
yang efektif adalah cara penyajian atau penyampaian bahan di mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Meningkatkan
perilaku sikap nasionalisme siswa
adalah menambah atau memberikan
pemahaman yang kepada kepada ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib, aturan, atau norma yang
menimbulkan gambaran yang amat keras, bayangan tentang hukuman,
pembalasan dan bahkan kesakitan, proses hasil pengarahan, pengendalian
keinginan, dorongan atau kepentingan demi satu cita-cita.
Adapun kondisi awal sebelum metode diskusi yang
efektif tersebut dilaksanakan adalah rendahnya perilaku sikap nasionalisme siswa saat masuk kelas di pagi hari atau saat
jam istirahat, belum optimalnya siswa dalam tindakan sikap nasionalisme yang dilakukan disekolah sehingga merasa
terganggu apabila pelajaran sudah dimulai sedangkan siswa setiap harinya ada
yang terlambat, belum maksimalnya siswa dalam belajar sehingga prestasi yang
diharapkan belum memenuhi stsndar serta fakta dilapangan masih kurangnya kesikap
nasionalisme an siswa dalam memenuhi pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah.
Namun setelah
dilakukan metode diskusi yang efektif maka ada peningkatan pada perilaku sikap nasionalisme siswa saat masuk kelas di pagi hari atau saat
jam istirahat sudah tidak terlambat lagi, sudah ada peningkatakan dalam tindakan sikap nasionalisme yang dilakukan disekolah sehingga merasa
tanggung jawab akan pelajaran PKn karena
dibebankan pekerjaan rumah, sudah ada
peningkatan dalam belajar sehingga prestasi yang diharapkan memenuhi standar
yang diinginkan oleh sekolah.
Metode diskusi
yang efektif adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan memecahkan
masalah dengan bekerja kelompok atau berdiskusi
atau metode mengeluakan pendapat untuk memecahkan masalah dengan
kebersamaan dalam pekerjaan rumah dengan tujuan agar lebih meningkatkan
perilaku sikap nasionalisme siswa di
rumah dan sekolah, maka penelitian ini untuk meningkatkan perilaku sikap
nasionalisme siswa melalui metode
resitasi
Setelah dilaksanakan Metode diskusi yang efektif
sebagai solusi pemecahan masalah di SMP Negeri 6 Kota Bogor, di bidang sikap nasionalisme maka diharapkan akan terjadinya perubahan
perilaku sikap nasionalisme siswa. Dan
kondisi yang diharapkan adalah perilaku sikap nasionalisme siswa menjadi patuh, taat kepada peraturan
tanpa tekanan atau paksaan dari guru, tetapi dengan penuh kesadaran siswa
masing-masing.
[1] Budiono, Metode Kerja kelompok Siswa (Jakarta, CV Pustaka,
2005) h.234
[2] Moch
Nasir, Metode Penelitian (Jakarta, Balai pustaka,
2003)h.231
[3] Asep Gojwan. . Pengembangan Model Pembelajaran Jigsaw pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SLTP(Jakarta ,Ganesha, 2004) h. 1
[4] Soegijo,
Pembelajaran diskusi yang baik dan
efesien (Jakarta, Pusaka Ilmu, 2000)
h. 15
[5] E
Mulyasa, Metode- metode dala pendidikan, (Jakarta, Multi Media, 2003) h. 16
[6] Marion
J. Rice. Modul-modul Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Kurikulum dan Pengajaran.(
Malang: P3TK, 2002) h. 12
[7] S
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta,
Bumi Aksara, 2010) h.60
[8] Daniel
Muijs, Efektifnya pembelajaran
(Jakarta, PT. Karya Pustaka , 2001) h. 25
[9] Budiono,Kamus Bahasa Indonesia,Jakarta, Bintang
Indonesia, 2005, h.h231
[10] Kendler,Attitude (Jakarta, Pustaka, 2000)p.74
[11] Gegne, Attitude (Jakarta, Pustaka, 2000)p.79
[12]Bimo
Walgito, Sikap dalam berorganisasi, (Jakarta,
Bintang Indonesia, 2001) p.110
[13] Saliro Wirawan,
Kompetensi (Jakarta, Karya,
2002)p.234
[14]
Soekidjo Notoatmojo, Sikap dan peilaku(Jakata,
Yudistira,2003) p.124
[15] Muray, Motivasi belajar dan prestasi (Jakarta,
Gramedia, 2000) h.290
[16]
Moeliono, Sikap nasionalisme Siswa (Jakarta, Bintang Indonesia,2007)h.34
[17] Robert, Sikap nasionalisme Siswa (Jakarta, Bintang Indonesia,2007)h.40
[18]
Sutisna, Sikap nasionalisme Siswa (Jakarta, Bintang Indonesia,2007)h.50
[19] E
Mulyana, Disiplin, (Jakarta,
Yudistira, 2001)h.44
[20] Soemantri,
Sikap nasionalisme siswa (Jakarta, Karya Ilmu, 2001)h.109
[21]Depdiknas, Sikap
nasionalisme siswa (Jakarta,
Penerbit, 2001)h : 29
[22] Suharman, Sikap nasionalisme (Jogyakarta, Karya Media, 2006) h.9
[23] Alex S Nitisemito, Sikap nasionalisme (Jakarta, PT Perkasa
pratama, 2004) h.10
[24] T.hani Handoko, Kinerja karyawan (Jakarta, Pratama,
2004) h 12
[25]
Djajulianto M.A.J, dkk, Masalah Penanggulangan dan Pembinaan Kenakalan Remaja
atau Premanisme, (Jakarta : Ariet Printing dan Mutiara Agung, 2005), h.135
[26] C.S.T Kansil, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan , (Jakarta :
Erlangga,1995), h.45
[27]
Depdiknas, Disiplin, (Jakarta,
2001)h. 7.
[28] Ernes
Renan, Sikap nasionalisme siswa (Jakarta, Penerbit, 2001)h.109
[29]Oto
Buar, Sikap nasionalisme siswa (Jakarta, Penerbit, 2001)h : 29
[30][30] Hans
Khn, Jiwa Nasionalisme, (Jakarta, Erlangga, 2006) h. 67
[31] L.
Stoddard, Nasionalisme, (Jakarta, Multi
Media Pustaka, 2006) h. 66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar